Tidak Masuk Geng Populer? No Problem! Kamu Bis Buktikan Kamu Bisa Sukses dengan Caramu Sendiri

Mutia, mahasiswi berkacamata yang sedang duduk di semester tiga jurusan Ilmu Komunikasi (orang sering menyebutnya ilkom, bukan ilmu komputer ya), selalu merasa dirinya tak terlihat di tengah hiruk-pikuk kehidupan kampus. Ia bukan bagian dari geng-geng populer yang selalu menjadi pusat perhatian, bukan pula anggota klub bergengsi yang menjadi primadona kampus. Mutia hanyalah mahasiswi biasa, dengan penampilan sederhana dan lingkaran pertemanan yang kecil.

“Tuh si Mutia, sendirian aja kayak biasa,” bisik salah satu anggota geng populer saat melihat Mutia mengenakan baju kuning berjalan sendirian di koridor kampus.

“Palingan juga nggak diajak gabung sama kita-kita. Nggak level lah,” sahut yang lain sambil tertawa mengejek.

Mutia mendengar bisikan-bisikan itu, namun ia mencoba untuk tidak terpengaruh. Ia tahu bahwa dirinya berbeda dari mereka, dan ia tidak ingin menjadi seperti mereka. Mutia memiliki minat dan bakat yang berbeda, yang mungkin tidak dimengerti oleh mereka yang hanya mementingkan popularitas.

Mutia adalah seorang penulis berbakat. Ia suka menulis cerita pendek, puisi, dan artikel. Tulisan-tulisannya penuh dengan makna dan emosi yang mendalam. Namun, Mutia tidak pernah berani menunjukkan karyanya pada siapa pun, karena takut ditertawakan atau diremehkan.

Suatu hari, Mutia melihat pengumuman lomba menulis esai tingkat nasional yang diadakan oleh sebuah majalah ternama. Mutia merasa tertarik untuk ikut serta, namun ia ragu-ragu. Ia merasa tidak percaya diri dan takut karyanya tidak akan diterima.

Setelah berpikir panjang, Mutia akhirnya memutuskan untuk mengirimkan esainya. Ia menulis esai tentang pengalamannya sebagai mahasiswi yang merasa terpinggirkan di kampus. Mutia menuangkan semua uneg-unegnya dalam esai tersebut, tentang bagaimana ia merasa direndahkan dan tidak dianggap oleh teman-temannya.

Beberapa minggu kemudian, Mutia menerima email dari majalah tersebut. Jantungnya berdebar kencang saat membuka email itu. Ternyata, esainya terpilih sebagai salah satu pemenang! Mutia tidak percaya dengan apa yang ia baca. Ia merasa sangat bahagia dan bangga pada dirinya sendiri.

Esai Mutia diterbitkan di majalah tersebut dan mendapatkan banyak pujian dari pembaca. Banyak orang yang merasa terhubung dengan cerita Mutia dan memberikan dukungan padanya. Mutia pun mulai mendapatkan pengakuan dari teman-temannya di kampus. Mereka yang dulu mengabaikannya, kini mulai mengajaknya berteman dan menghargai bakatnya.

Mutia menyadari bahwa ia tidak perlu menjadi bagian dari geng populer atau klub bergengsi untuk mendapatkan pengakuan. Ia cukup menjadi dirinya sendiri dan mengembangkan bakat yang ia miliki. Mutia telah menemukan jati dirinya dan ia siap untuk meraih mimpi-mimpinya.

Kisah Mutia mengajarkan kita bahwa setiap orang memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. Jangan pernah merasa rendah diri karena tidak termasuk dalam kelompok yang populer atau bergengsi. Jadilah diri sendiri, kembangkan bakatmu, dan tunjukkan pada dunia bahwa kamu berharga.