“Hidup ini nggak adil,” curhatmu di akhir semester.
Kamu udah belajar mati-matian. Doa juga udah kenceng banget. Tapi nilai-nilaimu tetap aja di bawah standar.
Sedangkan mereka yang sering kamu lihat malas-malasan, hidupnya kayaknya mulus-mulus aja. Kok bisa sih?
“Hidup ini nggak adil,” keluhmu lagi dan lagi. Ketidakadilan ini jelas banget. Semua orang di sekitarmu punya banyak hal yang bisa dibanggain.
Kejeniusan, popularitas, wajah yang cakep, harta yang melimpah. Orang tua pejabat, akses ke luar negeri, relasi di mana-mana, primadona kampus, dll.
“Hidup ini nggak adil,” tangismu meledak di atas karpet mushola.
Sampai ada satu tepukan di pundakmu, “Tunggu sebentar,” katanya. “Emangnya kamu yakin orang-orang yang kamu lihat bahagia itu beneran bahagia?”
Kalau banyak orang yang berpikir kayak kamu, merasa hidup mereka gak adil, bukannya hidup ini jadi adil?
“Tapi mereka nggak semenderita ini!!” serumu. “Aku tuh udah nggak punya harapan lagi, kamu ngerti nggak sih?” Air matamu mengalir.
Temanmu mengalah, “Iya-iya, aku ngerti.”
Bukan Hidup yang Gak Adil, Tapi Kita yang Bikin Gak Adil
Ada yang bisa makan, tapi malah nyakitin mereka yang kelaparan. Ada yang punya kesempatan kuliah, tapi malah nyakitin mereka yang nggak diterima di kampus manapun. Dan ada yang seharusnya bahagia, tapi malah nyakitin mereka yang berduka.
Itu kamu! Kamu emang se-nggak adil itu. Sungguh!
Lihat Lebih Baik
Tuhan nggak pernah bercanda menempatkanmu di satu titik. Mungkin di titik inilah, kamu bakal nemuin kejutan terbesar yang bakal nuntunmu ke jalan-Nya.
Nggak adil kalau kita membandingkan kasih sayang yang sementara dengan kasih sayang yang abadi.