Mungkin kamu tumbuh dalam keluarga yang “kelihatannya baik-baik aja.” Tapi kamu selalu merasa harus hati-hati bersikap, nggak boleh salah, dan harus selalu membuat orangtuamu bangga dengan cara mereka.
Kamu nggak boleh mengeluh. Nggak boleh menolak. Nggak boleh terlihat “lemah.” Karena kalau kamu melakukan itu, orangtuamu akan marah, mengejek, atau mendiamkanmu.
Dan akhirnya… kamu terbiasa menekan perasaanmu sendiri demi “ketenangan rumah.”
Orangtua Narsistik Nggak Selalu Berteriak. Kadang Mereka Terlalu Banyak Menuntut
Orangtua dengan sifat narsistik biasanya memiliki ciri:
– Selalu ingin terlihat sempurna di mata orang lain
– Nggak bisa menerima kritik (termasuk dari anaknya sendiri)
– Menuntut pengorbanan emosional dari anak
– Sulit mengakui kesalahan, dan cenderung menyalahkan anak saat ada masalah
– Menganggap keberhasilan anak sebagai pencapaian pribadi, bukan sebagai kebanggaan yang sejati
“Anak yang tumbuh dalam pola seperti ini nggak jadi narsistik. Tapi justru tumbuh dengan banyak luka tersembunyi.”
Sedang berusaha memahami dampak pola asuh orangtua padamu?
Bacaan dari psikologi.co.id bisa membantu kamu mengenali akar luka emosional, dan membangun ulang relasi dengan dirimu sendiri.
Cocok buat kamu yang ingin belajar menetapkan batas, memahami diri, dan mulai pulih dari tekanan masa kecil.
Lalu Anak-Anak Itu Tumbuh Menjadi…
Kamu mungkin nggak sadar, tapi kebiasaan yang kamu anggap “normal” saat ini, bisa jadi adalah mekanisme bertahan dari masa kecilmu.
Beberapa hal yang sering muncul:
1. People-Pleaser Ekstrem
Kamu susah nolak permintaan orang. Takut ditolak. Takut dianggap egois.
2. Hyper-Independent
Karena dulu kamu harus menyelesaikan semua sendiri, sekarang kamu sulit percaya dan menerima bantuan.
3. Overthinking Setiap Kali Bikin Keputusan
Kamu takut salah. Takut mengecewakan. Karena kamu terbiasa “salah” di mata orangtuamu.
4. Menyimpan Emosi, Takut Konflik
Kamu lebih milih diam daripada menyampaikan isi hati. Karena kamu pernah dihukum saat mencoba jujur.
Kondisi Ini Bisa Menguras Mentalmu
Lama-lama kamu merasa:
– Kehilangan identitas diri
– Susah mengenali apa yang kamu butuh atau mau
– Selalu merasa bersalah saat menolak
– Merasa nggak cukup, bahkan saat sudah melakukan segalanya
Padahal ini bukan salahmu. Kamu cuma sedang membawa luka dari masa lalu.
Tips Pelan-Pelan Menyembuhkan Diri
1. Sadari Bahwa Masa Kecilmu Meninggalkan Jejak
Ini bukan tentang menyalahkan orangtua. Tapi memahami dari mana luka itu berasal.
2. Belajar Bicara Jujur, Walau Nggak Nyaman
Kamu punya hak untuk berkata “tidak.” Mulailah dari hal kecil.
3. Latih Diri Menerima Bantuan
Kamu nggak harus selalu kuat dan mandiri. Boleh kok, dibantu dan dipeluk.
4. Tanya ke Diri Sendiri: Aku Mau Apa, Bukan Orangtuaku Mau Apa
Keputusan hidupmu adalah milikmu, bukan milik ekspektasi orang lain.
5. Bangun Support System yang Sehat
Kamu bisa belajar mencintai dan dicintai ulang—di tempat yang lebih aman.
Kamu Nggak Harus Jadi Versi Ideal yang Mereka Inginkan
“Dulu kamu harus menyesuaikan diri agar dicintai. Sekarang, kamu boleh memilih untuk mencintai diri sendiri apa adanya.”
Mungkin kamu belum pernah benar-benar dipahami saat kecil. Tapi sekarang, kamu bisa belajar memahami dirimu sendiri. Dan itu adalah bentuk cinta yang paling penting.
💬 Mau cerita soal pengalamanmu tumbuh di keluarga yang sulit?
Yuk, curhat bareng tim Psikologi.co.id. Kami siap dengerin kamu—tanpa menghakimi, tanpa menyalahkan.
Karena kadang, proses pulih dimulai bukan dari solusi, tapi dari didengar dengan sungguh-sungguh. 🌿